Thursday, December 15, 2005


20050831: Aya dan kawan2nya sedang bermain di halaman SD Budi Mulia 2 Seturan

Tuesday, November 22, 2005

KETIKA DI GRAND MERCURE

 

20051121
Habis menjemput Aya di Budi Mulia Seturan, Aku, Haznan dan Aya meluncur ke Hotel Mercure Jalan Sudirman. Di sana ketemu Asst to GM Mercure, Wiwied Wibisono. Dia meminta tolong aku membawakan koran Radar Jogja yang memuat soal masakan Javanese Taste. Di sana aku dan dua anakku disuguhi milk shake rasa cokelat dan vanila. Saat itu juga Haznan terlihat gembira melihat suasana Hotel Mercure yang belum dia lihat sebelumnya. Haznan pun dengan santainya menyapa semua orang yang dia temui. Pokoknya Haznan membuat heboh. Posted by Picasa

Friday, November 18, 2005

HAZNAN DAN ''KEMBARANNYA''

 
20051111
Banyak kawan yang sudah kenal dan tahu bapakku mengatakan kalau anakku Haznan ''foto copy'' eyang kakungnya itu. Nah lihat aja di foto atas ini, Apakah ada kemiripan di antara keduanya? Silakan dinilai sendiri. Aku sendiri tetap mempertahankan pendapat aku bahwa Haznan itu paling mirip dengan aku. Lha gimana wong aku bapaknya jhe. Namun, ada yang bilang, bisa aja mirip eyangnya, karena ada istilah gen lompat, bener nggak seh? :(( Posted by Picasa

Wednesday, November 16, 2005


tulisanku di Radja sabtu 20051112 tentang profil PR Melia, Rahayu Diah Sadmawati :)

Tuesday, November 15, 2005

Black Out 4 One Hour

 
20051115
Namanya juga Perusahaan Lilin Negara (PLN), kalau ada angin dikit aja mati listrik (kata orang solo oglangan). Kata orang Amrik mati listrik itu black out (benar nggak?). Kejadian itu berlangsung malam Selasa (20051115) ini dari pukul 19.00 hingga 20.15 WIB. Padahal jam segitu waktu kritis bagi kami para editor untuk editing berita guna keperluan penerbitan Jawa Pos Radar Jogja. Terpaksalah kami ''istirahat'' dengan terpaksa. Sebab, kantor kami nggak punya genset alias generator set. Mana mungkin komputer dan peralatan elektronik lain dihidupkan dengan tenaga manusia? Ada kawan yang menuju ke angkringan Pak Yono depan kantor. Seperti terlihat di foto ini, Adib, Heru dan Fuad lesehan sambil memandangi lalu lalang lalu lintas di Jakal.

Ooooalah, kita memang selalu dirugikan. Sebagai konsumen, sudah terlalu sering dimanfaatkan produsen termasuk PLN, mengeruk keuntungan sebesarnya tanpa memedulikan kerugian yang konsumen derita. Jelas rugi ketika listrik mati, lha wong selama satu jam lebih dikit terjadi black out, kami tak bisa kerja, deadline mundur, akhirnya telat cetak, koran sampai pelanggan siang, ecerannya nggak laku. Mana ada cerita, PLN mau bertanggung jawab dengan inisiatif mereka sendiri. Lain cerita ketika mereka digugat dan merasa tersudut, baru mau ganti kerugian itu. Yah, gimana lagi. Itulah Indonesia :))

Jakal KM 5
23.30; listrik dah nyala Posted by Picasa

Monday, November 07, 2005

20051107-SUSAHNYA CARI SARAPAN

 
Senin 09.00
Penginnya mencari sarapan di hari Senin H+4. Namun apa daya,ketika melewati Sop SGPC Bu Wiryo timur Komplek UGM, di sana sudah buka, tapi pembelinya luarrrr biasa banyaknya. Yang jelas para pemudik yang belum balik ramai-ramai nyerbu warung tersebut. Bojoku langsung ogah ke sana.

Kemudian perburuan sarapan ke daerah klebengan, tepatnya Sotem (Soto Tempe) atau ada yang menjuluki Soto Daster (biasanya pembeli masih dasteran usai tidur atau mandi). Sesampai di sana, ternyata masih tutup. Bah, apa pula ini. Haznan, Aya dan Yen pun protes keras. ''Gimana nih, udah laper, warungnya masih tutup,'' teriak mereka kompak.

Oke deh, perburuan dilanjutkan ke Bakso Pak Narto bilangan jembatan merah Gejayan. Sesampai di sana, ternyata belum waktunya buka. Sebelahnya, ada warung soto sapi, sama saja, mereka juga belum siap melayani pembeli. Kami pun bermotor ria menyusuri Jalan Gejayan ke arah selatan, masuk Jalan Solo, perempatan Galeria Mall, perempatan Korem Lama, Kridosono dan terdamparlah kami di Komplek Kolam Renang Umbangtirto Kridosono.

Di sana sudah buka, kami pun langsung memesan tiga mangkuk soto, semangkuk sayap potong dan tiga gelas teh manis. Dalam tempo singkat semuanya licin tandas masuk ke perut yang minta diisi. Tak cukup? Kami pesan bakso kuah dan seporsi sate kambing. Lhadalah, ini mah namanya balas dendam usai sebulan puasa kemarin, hehehe.

Di dalam foto nampak Aya membasuh tangan usai makan soto. Kami pun meluncur balik ke rumah. Lumayan jauh juga, tapi gpp, semua terpenuhi, yakni tugas mengisi perut di masa usai lebaran. Ealaaah, golek mangan kok angel tenan.

Sementara itu, sesampai di rumah aku langsung membawa setumpuk pakaian siap jemur ke luar arena rumah agar terpanasi dan segera kering. Aya momong adiknya, mbak Dani belum pulang dari Magelang, katanya balik tanggal 10 nov 2005, itu masih tiga hari lagee, hiks. Aku harus momong anakku lanang sing glidhik tenanan. Tak bawa ke kantor aja, eh di kantor juga masih sepi, si Oto yang ada di sana. Biarin aja lah, dari pada ribut di rumah dan mengganggu mamahnya, Haznan aman di kantor, aku tinggal nulis blog ini. Hiks...

Jakal KM 5 20051107 12.30 Posted by Picasa

Friday, November 04, 2005

MINTA ADEK LAGI YUK

 
Haznan dan Aya tertegun melihat adik bayi anaknya Aat (Akmal). Mungkin mereka akan mempertimbangkan lagi untuk meminta adik lagi sama Mama Yen. Siapa tahu kalau anaknya banyak rumah jadi ramai. Nggak sepi. ''Maaaah, buatin adik maaaaah,'' teriak Haznan. Namun, Aya buru-buru menyahut, ''Tapi adiknya jangan nakalin aku lho,'' ucap Aya Posted by Picasa

Saturday, October 29, 2005

MEMBUAT ULAH DI COOKING CLASS

 
20051027
Hari itu kami diundang mendatangi acara Cooking Class di Shapir Hotel. Ela, Anjar, Miftahudin, Lina, Aku dan anakku lanang Haznan berbondong-bondong ke sana. Sampai di sana acara sudah mulai. Melihat kerumunan orang banyak seperti itu, membuat Haznan membuat ulah dengan kelucuan-kelucuannya. Termasuk ikut ''urun rembug'' ketika chef Shapir menjelaskan cara memotong ikan dengan bentuk memanjang. Kontan anakku bilang, ''Iya om, yang panjang.'' Karena lengkingan suaranya sangat keras membuat seluruh peserta gerr. ''Iya dik yang panjang ya,'' timpal si chef. Teriakan anakku tak hanya sekali, tapi berkali-kali, ger-gerannya pun berulang-ulang. Wuaduh, aku pun cuek, biar saja pemberaniku seperti itu, hehehe.
Peni, Mustika Peni nama panjangnya, sang Public Relations Shapir Hotel pun mendekati Haznan dan sempat difoto Miftahudin. ''Wah, ini mah foto copy bapaknya,'' ungkap Peni menebar senyum, lha iya lah, wong aku si juru tembaknya, hahaha. Posted by Picasa

PEMIMPIN TOLOL

KETIKA memasuki H-5 (Sabtu, 29/10/2005) menjelang Idul Fitri 1426 H (Muhammadiyah memastikan lebaran Kami, 3/10/2005) suasana kantor dan iklim kota Jogja sudah berbau lebaran. Di kantor, yang biasanya ramai hingga tengah malam, detik ini sudah sepi. Kawan-kawan pulang awal. Suara gemeretak mouse di-klik pun tak seramai biasanya. Jalan-jalan protokol Jogja sudah dipenuhi ribuan kendaraan, baik roda empat maupun dua, yang jelas didominasi kendaraan ber-plat nomor luar kota, terbanyak Jakarta.

Entah apa yang ada di pikiran pemudik yang berjibaku di Jakarta mencari fulus untuk keluarganya itu di Jogja menjelang lebaran kali ini. Mereka pasti disibukkan keinginan membeli barang konsumtif (jangan heran, negara kita dipenuhi orang macam ini) untuk lebaran. Entah itu pakaian, makanan maupun barang ‘’untuk keperluan gengsi’’ macam handphone dan alat listrik lain. Padahal, semua barang harganya merangkak naik, bahkan banyak pula yang meroket. Dasar orang kita, tak apa bisa membeli, padahal uang didapat dari hutang tetangga. Duh.

Belum lagi melihat ulah segelintir pegawai negeri yang bekerja di instansi negara. Tak malu mereka menggunakan mobil berplat merah untuk mudik ke kampung halaman. Tak malu mobil milik kita itu dia pakai piknik ke objek wisata. Mobil hasil beli dari uang pembayar pajak itu, termasuk duit aku juga, mereka gunakan untuk keperluan pribadi, tak malu lagi, gimana coba? Mana nurani mereka, moral mereka? Sudah menjadi barang yang lenyap dari bumi kita yang namanya nurani dan moral itu.

Janganlah berbicara etika jika moral dan nurani tak ada. Sudah jelas memakai mobil milik pembayar pajak, Gubernur DKI Sutiyoso yang mantan militer itu, enteng membela pegawai negeri pemakai mobil plat merah itu (kalau di tempatku dinamakan mobil belek-en atau sakit mata karena merah warna platnya). ‘’Biar saja mereka memakai mobil plat merah untuk mudik, mereka kan sudah merawat mobil plat merah itu. Wajar jika mereka memakainya untuk mudik.’’ Lhadalah, emang dia mikir nggak sih bicara seperti itu?

Ketika si pegawai negeri pemakai mobil plat merah itu melakukan perawatan mobil milik kita itu pakai duitnya siapa? Mereka pasti memakai duit dari kantor mereka bekerja (juga duit kita juga sebagai pembayar pajak) untuk merawat mobil mereka. Entah servis mesin atau mencucikan mobil belek-en itu. Bukan duit mereka pribadi, duit kita juga.

Kesimpulannya? Ya itu tadi. Namanya moral dan nurani sudah hilang dari bumi Indonesia, negara yang sulit untuk maju karena pemimpinnya hanya memikirkan perut mereka sendiri. Kalaupun tidak, mereka memikirkan partai dimana dia dulu dibesarkan dan hutang budi. Alih-alih memikirkan rakyat bawah yang berebut dana kompensasi kenaikan harga BBM, mereka malah memperkaya diri sendiri. Bagaimana caranya? Ya korupsi dong. Dengan berbagai cara, mereka mampu mengubah istilah korupsi dengan istilah baru yang mampu membutakan rakyat bahwa sebenarnya mereka telah merampok uang kita pembayar pajak.

Tengok bagaimana anggota DPR RI kita menambah tunjangan sebulan Rp 10 juta, total take home pay yang mereka terima sekitar Rp 38 juta, belum termasuk pemasukan dari uang sidang, uang rapat dan sebagainya. Belum lagi uang terima kasih, uang kunjungan dan sebagainya. Padahal itu semua adalah korupsi, bagaimana pun mereka berkelit, menurut saya tetap korupsi. Ya korupsi. Dengan memberi tag name ‘’lebih halus’’.

Jadi kita pembayar pajak harus bagaimana menyikapi pemimpin-pemimpin tolol seperti itu? Bubarkan saja Indonesia. Ganti orang-orangnya. Diganti makhluk hidup dari Planet Mars. Huh, sudah cukup kita dibuat bingung dan dibodohi mereka. (iwa)

Sunday, October 23, 2005

HAZNAN SI PEMBERANI

 

Umumnya, anak kecil takut terhadap monyet yang sedang ''pentas'' topeng monyet. Tapi tidak anakku lanang, Haznan. Sementara kawan-kawan seumuran dia menjauh, Haznan malah mendekat. Tak cukup mendekat saja, dia pun memegang kepala dan buntut monyet itu. Hal itu terjadi kala aku nanggap topeng monyet (ledhek kethek aku bilang) di depan Pangkur 1. 20050828 Posted by Picasa

Saturday, October 22, 2005


Haznan dengan sangat berani memegang monyet yang sedang beratraksi dalam gelaran Topeng Monyet Hahahaha (20050828)

TOPENG MONYET

 

Waktu itu (28/8/2005) sekelompok orang (3 manusia) melintas di depan Pangkur 1. Mereka bertiga membawa monyet dan seperangkat alat pendukung. Tepatnya mereka itu adalah kelompok topeng monyet (bahasa Jawanya Ledhek Kethek).

Anakku lanang, Haznan, pun mendengar suara gaduh tabuhan topeng monyet dari dalam rumah. Langsung dia berseru ''Pah, adik (dia biasanya menggunakan kata ''adik'' untuk membahasakan dirinya) mau liat monyet.''

Aku pun langsung berlari keluar untuk menanggap kelompok tradisional itu. Dimulailah atraksi monyet itu. Anak-anak lain tetangga pun turut melihat atraksi seharga Rp 10 ribu itu. Yang mengherankan, anak-anak lain yang lebih gedhe dari Haznan melihat dari kejauhan karena ketakutan dengan ulah monyet tersebut.

Lain halnya Haznan, dia justru mendekat dan mencoba untuk memegang ekor dan kepala monyet itu. Waduh, anakku berani sekali. Orang dewasa yang ikut nonton hanya geleng2 kepala melihat ulah anak bungsuku itu. Wahjan, meniru bapaknya bener dia. Like Father Like Son. Posted by Picasa

Wednesday, October 19, 2005

Open Space Bernama Lempuyangan

 

Tak perlu harus jauh-jauh mencari objek buat memberi ''pemandangan'' baru bagi anakku lanang Haznan. Cukup aku bawa ke Stasiun Kereta Api Lempuyangan. Di sana terdapat ''arena terbuka'' yang cukup menarik buat Haznan. Lalu lalang kereta api jadi pemandangan ''indah'' buat dia. Tiap kali aku bawa Haznan ke sana, dia pun exited. Bukannya melihat yang dia pengin. ''Naik kereta api Pa,'' ujarnya tiap kali berkunjung ke sana. Padahal anak kecil yang lain pada menjauhi kereta api yang lewat, Haznan malah mencoba mendekat. Aduh, berani juga anak ini. Seberani bapaknya, hehehe

Pangkur 14 September 2005 Posted by Picasa

Tuesday, October 18, 2005

Hujan Turun Lageee

Selasa (18/10); Menjelang Magrib, di saat perut sudah minta diisi karena seharian tak makan-minum (alias puasa dab), mendung memenuhi langit di atas Jalan Kaliurang KM 5. Peteng ndhedhet. Bener juga. Tak lama kemudian hujan pun turun, mak bressss. Alhamdulillah, tanduranku disirami gustiallah.
Yeng, belum pulang, katanya bukber di UMY, pulang jang 19.00. Tak menunggu dia, seusai bercanda sama Aya n Haznan sekaligus buka puasa, ambil jaket, ransel terus jalan kaki ke kantor. Yup, jalan kaki. Makanya, kenaikan harga BBM gak terlalu berpengaruh pada bensin yang harus dikeluarkan jika berangkat kantor. Rp 0 untuk bensin, huahahaha. Anjuran SBY-JK (Susah Bensin ya Jalan kaki) aku lakukan.

Pangkur, Tuesday, October 18, 2005

Sunday, October 16, 2005


Aya makan pagi di Sanur Paradise Plasa Hotel, hari ketiga di Bali Senin 20050912

Aya makan pagi di Sanur Paradise Plasa Hotel, hari ketiga di Bali Senin 20050912

RASANYA OGAH KE KANTOR

Ndak tahu, tadi sore Minggu (16/10) aku ogah-ogahan berangkat kantor. Penginnya libur. Terus aku telpon kantor, pertama yang nerima Oto, dia bilang jam 18.30 belum terlihat satu pun redaktur. Kali kedua aku telpon, diterima Fuad, jawabannya juga sama, redaktur jam 18.45 belum pada datang.

Yah, maunya libut, malah redakturnya pada gak datang, piye to? Adib prei, Amin prei, rini, abdi dan heroe belum datang. Lha korane arep terbit gak sih? Aku pun dengan langkah berat menuju ke kantor, daripada terjadi sesuatu di luar rencana kan repot.

Begitu sampai kantor, langsung kugarap halamanku, Jogja Society dan Magelang-Kulonprogo. Jam 19.45 dua halamanku itu dah kelar. Iklannya sih gak banyak, tapi berita juga kurang. Nah kan, bingung. Pokoke serba kilat. Cuman jangan sampai meninggalkan akurasi.

Satu-per-satu redaktur nongol, pertama Rini (pendidikan), Abdi (hal 1 dan OR) dan Heroe (Kombis dan Slemab-Bantul). Jadilah kami berempat menerbitkan koran, huh. Kapan bisa bagus jika pucuk redaksi gak pernah punya inisiatif memperbaiki kualitas isi koran? Embuh ah. Au ah gelap.

Jakal KM 5 20051016 21.10 wib

Aya di Kuta, sebelum dibom :( Minggu 20050911

Aya di Kuta, sebelum dibom :( Minggu 20050911

Aya di Kuta, sebelum dibom :( Minggu 20050911

Aya membelakangi matahari petang di Kuta, sebelum dibom :( Minggu 20050911

Inilah bule yang tidak mampu beli baju itu di Kuta, sebelum dibom :( Minggu 20050911

Aya di Kuta, sebelum dibom :( Minggu 20050911

Aya di Kuta, sebelum dibom :( Minggu 20050911

Aya di Kuta, sebelum dibom :( Minggu 20050911

Nyoba tatto temporer di Kuta, sebelum dibom :( Minggu 20050911

Aya n Juan (anaknya Justin Maurits Herman, kawan di radar Bali) di Kuta, sebelum dibom :( Minggu 20050911

Aya di GWK (Garuda Wisnu Kencana) Minggu 20050911

Aya di GWK (Garuda Wisnu Kencana) Minggu 20050911

Aya di GWK (Garuda Wisnu Kencana) Minggu 20050911

Aya n Juan di Komplek GWK (Garuda Wisnu Kencana) Minggu 20050911

Aya n me di GWK (Garuda Wisnu Kencana) Minggu 20050911

Aya n Juan di GWK (Garuda Wisnu Kencana) Minggu 20050911

Aya di GWK (Garuda Wisnu Kencana) Minggu 20050911

Aya di GWK (Garuda Wisnu Kencana) Minggu 20050911

Aya di GWK (Garuda Wisnu Kencana) Minggu 20050911

Aya di Lobi Sanur Paradise Plaza Hotel [Minggu 20050911]

Aya di Lobi Sanur Paradise Plaza Hotel [Minggu 20050911]

Aya di Sanur [Minggu 20050911]

Aya di Sanur [Minggu 20050911]

Aya di Sanur [Minggu 20050911]

Aku di Sanur [Minggu 20050911]

Aya di Sanur [Minggu 20050911]

Aya di Sanur [Minggu 20050911]